KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA!
KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK
INI BUKTINYA!
Oleh: Edward Simanungkalit
Saat ini
baru ketiga gambar di atas yang dapat ditampilkan, karena baru ketiganya
yang sudah dilakukan tes DNA, sedang hasil tes DNA Gayo sepertinya
belum dipublis seluruhnya. Sementara Pakpak, Simalungun,
Angkola-Mandailing belum dilakukan tes DNA sampai saat sekarang.
Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah dapat dilakukan tes DNA-nya,
karena sampai sekarang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah melakukan
tes DNA sekitar 60% atas seluruh etnis Indonesia. Ditambah lagi dengan
bertambahnya staf-staf yang sudah berhasil dalam jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, sehingga semakin banyak tenaga yang mereka miliki
untuk melakukan tes DNA. Bila sudah selesai nanti, maka DNA Pakpak,
Simalungun, Angkola, dan Mandailing akan jelas dan dengan mudah dapat
melihat kebenaran sebuah mitologi dan tarombo.
Kesamaan antara Toba dengan Karo hanya pada Haplogroup O-M95* saja,
sedang yang lainnya berbeda. Maka, kalau hendak dikatakan bahwa Karo
adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula tentulah dengan
mudah menolaknya. Karena adanya perbedaan tadi dan perbedaannya lebih
banyak daripada persamaannya. Oleh karena itu, secara genetik, maka Toba
berbeda dengan Karo dan Karo bukan keturunan Toba dan Si Raja Batak.
Toba dan Karo adalah dua etnis yang berbeda dan terbentuk masing-masing,
bukan seperti yang diceritakan di dalam buku W.M. Hutagalung berjudul
“PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”. Termasuk
beberapa buku tarombo lainnya dan tarombo-tarombo yang dapat didownload
di internet pada dasarnya juga sama prinsipnya dengan buku W.M.
Hutagalung tadi. Tentang tarombo Si Raja Batak ini juga sudah ada
beberapa dibuat lagunya yang dinyanyikan dalam video dan diupload di
youtube. Kalau Orang Karo mengatakan bukan Batak atau bukan keturunan Si
Raja Batak, maka pernyataan itu sangat beralasan yang didasari pikiran
sehat dan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu
pengetahuan modern.
Adapun
mengenai Y-DNA Haplogroup Nias, walaupun kedua Haplogroup O-M110 dan
O-P203 ada di dalam Y-DNA Haplogroup Toba, tetapi sebagian besar
berbeda, maka pastilah Nias bukan berasal dari Toba atau bukan keturunan
Toba atau Si Raja Batak seperti banyak disebut-sebut sebagai keturunan
Raja Asi-asi atau Raja Jau. Masyarakat
Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia dan nenek moyang orang Nias
diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000
tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of
Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center
Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler
Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah
berlangsung sekitar 10 tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440
contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias (Wikipedia). DNA Nias
tersebut nyaris 100 persen sama dengan DNA dari Taiwan, karena Nias
nyaris tidak bercampur. DNA
Nias ini sudah diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca:
Toba). ”Untuk membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan
Batak serta menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua
etnis yang bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki
dua marka genetik Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias
berbeda dengan DNA Toba maupun Karo. Maka, Nias bukan berasal dari Toba
seperti menurut tarombo itu.
Akan halnya dengan Gayo, temuan
fosil manusia di Loyang Mandale, Aceh Tengah yang berusia 7.400 tahun
(temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah dilakukan tes DNA terhadap
fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300 lebih siswa/i di
Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyampaikan
bahwa orang Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang merupakan ras
Australomelanesoid, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik, Gayo ini
berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas
Gayo, 08/03-2012). Dulu
etnis Gayo pernah diundang juga menghadiri acara Kesatuan Bangso Batak
se-Dunia (The Globe Journal, 14/10-2010), tetapi Gayo ini telah
dilakukan penelitian arkeologi dan tes DNA, sehingga mereka tidak dapat
dibatakkan atau dijadikan Batak lagi sekarang ini, karena dipastikan
bukan keturunan Si Raja Batak.
Di dalam
mitologi Toba dan tarombo Si Raja Batak, yang disebut “Batak”
sebagaimana ditulis oleh W.M. Hutagalung dan berbagai buku tarombo lain
maupun tarombo yang dapat didownload dari internet, bahwa semua marga
Karo adalah keturunan dari marga-marga Toba atau keturunan Si Raja
Batak. Nias juga disebut keturunan dari Raja Asi-asi maupun Raja Jau
dan Gayo disebut keturunan Raja Aceh, yang pada akhirnya disebut sebagai
keturunan Si Raja Batak. Tapi, ternyata telah terbukti, bahwa Karo,
Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak seperti yang disebutkan
tarombo tersebut. Sementara Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing
belum dilakukan tes DNA, tetapi sudah 50% tarombo Si Raja Batak tersebut
terbukti tidak sesuai dengan fakta. Selanjutnya, bila mengamati sisi
budaya dan ciri-ciri fisik orang Pakpak, Simalungun, dan Mandailing,
maka terlihat mereka juga bukan keturunan Si Raja Batak. Apalagi penulis
telah memaparkan bukti-bukti arkeologis melalui tulisan berjudul “BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?”,
yang menyimpulkan bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias, dan
Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas
sekarang, bahwa tarombo tersebut patut diuji-ulang melalui tes DNA yang
tentunya jauh lebih valid dan terpercaya. Dengan USD $ 99 per-orang
merupakan tarif tes DNA diwww.23andme.com,
sebuah lembaga terpercaya di Amerika Serikat, maka asal leluhur akan
tersingkap dengan jelas. Lebih jelas dan lebih valid hasilnya.