Dalam budaya sunda, profesionalisme begitu dijunjung. Dalam setiap garapan ada seorang yang menjadi ahli, biasanya disebut juru.Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian, naskah Sunda yang mempunyai Candrasangkala yang berbunyi nora catur sagara wulan, dibuat tahun 1440 Saka /1518 M; atau awal abad ke-16. Naskah ini leboh bersifat sebgai mempunyai isi semacam ensiklopedi masyarakat Sunda, yang di dalamnya memuat
berita tentang kreasi budaya masyarakat lama yang berupa jenis-jenis
kesenian. Di sanalah berkumpulnya anggota masyarakat yang mempunyai
maksud mencari pengetahuan. Dalam hal ini sang Darma Pitutur
menyebutkan jenis kesenian dan penggarapnya, yaitu:
-
seni cerita/wayang, dimainkan oleh memen/ dalang;
-
seni kawih, dikuasai oleh paraguna;
-
seni pamaceuh (permainan), dikuasai oleh hempul;
-
seni pantun, dimainkan oleh prepantun;
-
seni tulis (lukis), dikuasai oleh lukis;
-
seni tempa (pande senjata), dikuasai oleh panday;
-
seni ukir, dikuasai oleh maranggay/maranggi;
-
seni oolahan (masak), dikuasai oleh hareup catra;
-
seni boeh (kain batik), dikuasai oleh pangeuyeuk;
Di samping itu ada beberapa lagi keahlian dan sebutan penggarapnya:
-
ahli agama dan parigama, dikuasai oleh pratanda;
-
ahli ilmu prang (berperang), dikuasai oleh sang hulu jurit;
-
ahli aji mantra, dikuasai oleh sang brahmana;
-
ahli puja di sanggar, dikuasai oleh ja(ng)gan;
-
ahli dunuah nalika (menghitung waktu), dikuasai oleh buranyga;
-
ahli darmasiksa (yang mengetahui tentang kewajiban hidup), dikuasai oleh pandita;
-
ahli pemerintahan, dikuasai oleh ratu;
-
ahli ilmu tanah (patitis bumi), dikuasai oleh mangkubumi;
-
ahli berlayar yang ban,ak tahu tentang pelabuhan, dikuasai oleh puhawang; (dampuawang)
-
ahli menghitung harga (sawatek arega), dikuasai oleh citrik byapari;
-
ahli sandi (rasia), tata kadewataan dan kahyangan, dikuasai oleh sang wiku;
ahli yang menguasai bahasa-bahasa (carek para purusa), disebut sang jurubasa darumamurcay
0 komentar:
Posting Komentar