Senin, 29 Februari 2016

gabriel clark & levi michael

0 komentar

17.06.2014 , Dudetubecb0617a.jpgFresh off bottoming for Colby Keller & Tommy Defendi, sexy blond Levi Michaels is looking for a new challenge. Lucky for us CockyBoys is pairing him up with power top Gabriel Clark. These two hotties can't keep their hands off each other and Gabriel can't wait to pull down Levi's briefs to reveal that gorgeous ass. It's such a turn on to watch Levi take his time servicing Gabriel's thick uncut dick. Gabriel pushes Levi up against the wall and lets loose fucking that sweet butt. Fans of rough sex are going to love seeing Gabriel relentlessly pounding Levi. Make sure you stick around until the end to see the massive load that Gabriel sprays all over this hot blond bottom.cb0617b.jpgba0517a.jpgHungarian stud Matyas Jokai is the latest new addition to the Bel Ami family. I'm obsessed with this handsome stud and that massive uncut cock. I love watching Matyas strip out of his suit to show off that big thick tool. Matyas isn't shy at all about showing off and he really gets into stroking himself. If you're a fan of big shooters then you're gonna love Matyas. He ends up shooting a massive messy load all over that built body. ba0517b.jpg
The Cock Buffet: Now With Twice The Amount of Double Penetration!
26.05.2013 , Manhunt DailyIn a world where stretched-out holes are as omnipresent as the oxygen we breathe, gay porn fans (aka anyone with a penis who likes penises) demand more than just regular ol’ double penetration. Thanks to Johnny Rapid‘s gaping young anus, horny men everywhere have grown accustomed to scenes in which two, not just one, of the performers get double-penetrated. Across the nation, they are gathering at rallies and chanting in unison, “What do we want? Double the double penetration! And when do we want it? NOW!”
Gay porn studio Dominic Ford has heard your cries of agony, and they’re aiming to turn them into cries of pleasure with their latest threesome between Tate Ryder, Jeremy Stevens and Sean Duran. Both Tate and Sean find themselves in this position before the end of the scene:
Double Penetration
We reached out to Jeremy Stevens to ask why he, too, did not partake in the hole-stretching festivities, and he replied that it was for the good of mankind. “Sorry!” he told us. “Triple double penetration would make the universe melt into a gooey puddle of semen. Also? My butthole was still sore from a visit with my doctor.” That makes perfect sense. Perfect sense, indeed.
If you’re a weirdo who somehow settles for less than double double penetration, then perhaps you’ll enjoy some of the other menu items on today’s edition of The Cock Buffet. We’ve got tasty offerings from Alex Christian, Trenton Ducati, Alexander Garrett, Brad Kalvo, Jimmy Durano, Buck Angel, Hunter Page and a ton of other dudes who’ll satisfy your appetite for dick. Enjoy!

Jumat, 26 Februari 2016

Pondok Asri,Selabintana,Sukabumi

0 komentar
Salabintana memang bukan tempat yang baru sebagai kawasan wisata. Tetapi bagi kami, daerah ini hampir selalu menjadi pilihan yang menarik untuk leyeh-leyeh setelah kami main panas-panasan di pantai Bayah (lihat tulisan Pantai Manuk). Kan enak tuh, setelah berpanas-ria dan bermain di pantai…shifting ke area gunung dengan hijau royo-royo plus hawa yang relatif dingin.
Dari Pantai Bayah menuju Sukabumi sekitar 100km, tidak terlalu jauh untuk anda yang hobi travelling. Kondisi jalan dari Bayah ke Pelabuhan Ratu top banget. Mulus, berkelok, naik turun, dan pemandangannya Luar biasa. Kita bisa melihat indahnya laut selatan dari atas bukit. Di sisi kanan kita disuguhkan dengan pemandangan perbukitan nan asri. Asyik dan mengasyikan deh, sayang kalau anda tidak coba. Kita akan melewati beberapa pantai kawasan wisata, sampai dengan pelabuhan ratu, silahkan mampir kalau berkenan.
Sampai di Sukabumi, langsung mobil di arahkan ke Salabintana. Mulai deh ada perubahan suhu,,,dari panasnya suasana pantai menuju sejuknya hawa pegunungan. Kami pernah menginat di Salabintana Hotel yang terletak di lokasi wisata Salabintana. Tetapi liburan yang baru lalu, kami coba ke Pondok Asri (terletak sebelum pintu masuk Salabintana). Eh, ternyata masih satu manajemen dengan hotel salabintana. Walaupun berstatus hotel bintang 2, pondok asri cukup ok lah sebagai tempat leyeh-leyeh,,,dengan harga yang terjangkau tentunya.
Dan ternyata benar, di Pondok Asri lebih nyaman, sepi dan tidak ada pedagang asongan. Karena kalau di hotel salabintana kondisinya selalu ramai, maklum dia jadi satu dengan lokasi wisata untuk umum “salabintana”.
Jadi lumyanlah,,,ngilangin hiruk pikuk ke seharian…
pondok-asri
Bungalow 3 kamar..saya suka desainnya: 2 lantai disesuaikan kontur tanah yang ada.
pondok-asri1
bungalow 2 kamar, simple tapi nyaman. Ada car portnya
pondok-asri3
space landai, buat bocah bermain.
pondok-asri4
Kolam renang dengan air super dingin di Salabintana termasuk dalam fasilitas Pondok Asri.
Wah… cukup ah, promosi Pondok Asrinya..Mudah-2an mereka terus berbenah agar smakin baik fasilitas dan pelayanannya,,tetapi dengan harga yang tetap terjangkau…

Gunung Gede Pangrango ,Selabintana,Sukabumi

0 komentar
Kawasan Gunung Gede (2,958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3,019 m dpl) merupakan salah satu taman nasional di Jawa Barat yang banyak dikunjungi. Di antara puncak kedua gunung ini terdapat dataran pada ketinggian sekitar 2.400 m dpl yang oleh pendaki gunung disebut Kandang Badak. Di lokasi ini biasanya pada pendaki membuat kemah sebagai tempat istirahat atau bermalam sebelum mendaki kedua puncak ini. Setelah dataran Kandang Badak ini, perjalanan menuju puncak harus melalui lereng yang terjal. Sisi utara Gunung Gede banyak ditumbuhi bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang sering dijadikan cinderamata oleh pendaki.
Pendaki dapat menuju puncak gunung kembar ini melalui empat jalan masuk, yakni Cibodas, Gunung Putri, Selabintana, dan Situ Gunung. Jalur pendakian yang paling populer adalah melalui Cibodas, terutama karena diawali dari Cibodas Botanical Gardens, melalui berbagai panorama alam yang indah, termasuk dua air terjun, dan jalur pendakian yang relatif landai.
SONY DSC
SONY DSC
SONY DSC
SONY DSC
SONY DSC

Curug Cibeureum,Pondok Halimun,Sukabumi

0 komentar

Curug Cibereum

213982-1340697728-1
Lokasi
Terletak di kawasan wisata alam ”Pondok Halimun/PH” di hulu Sungai Cipelang, tepatnya di Desa Perbawati dan Desa Sundajaya Girang Kecamatan Karawang, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS: 6° 50′ 22.46″ S 106° 57′ 27.82″ E

Aksesbilitas
Berjarak +/- 10 km dari pusat kota Sukabumi. Untuk menuju kawasan wisata Pondok Halimun ini ada dua. Pertama, dari arah Salabintana, dimana (bila menggunakan kendaraan umum) dari kota Sukabumi naik angkot jurusan Salabintana (sebelumnya dari terminal Sukabumi naik angkutan kota turun di Bhayangkara), dengan jarak tempuh sekitar 7 km dengan ongkos berkisar Rp 2000 per orang. Turun di pemberhentian akhir kawasan wisata Salabintana. Dari Salabintana lalu berjalan kaki melewati jalan setapak selama satu jam menuju Pondok Halimun dengan jarak tempuh sekitar 2 km. Akses masuk jalan setapak tersebut berada di sebelah kanan sebelum pintu masuk kawasan wisata Selabintana. Jalan setapak ini nantinya melewati pinggir kawasan tersebut.
Kedua, langsung menggunakan kendaraan sepeda motor, mobil atau angkutan umum hingga ke pintu gerbang kawasan Pondok Halimun.
Letak Curug Cibeureum ini sendiri sekitar 2,5 km dari pintu masuk Pondok Halimun. Ada dua trek menuju kesana. Jika memilih jalur lurus, pengunjung akan menemukan jalan setapak sepanjang 3,2 km. Sedangkan jika memilih jalur belok ke kanan pengunjung akan menemukan jalan berbatu yang bisa dilewati kendaraan. Jalannya lebih jauh memutar, namun bisa menikmati pemandangan Sukabumi dan Cianjur dari atas bukit. Dua trek ini berujung pada satu jalur yakni trek pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki.
air-terjun 4983750526_6aca61bb07_z
Medan jalan setapak menuju curug cukup lumayan sulit dan melelahkan. Ada trek tanah berbatu, ada pula yang berbentuk tangga yang terus menanjak. Bahkan sesekali, harus memegang akar tanaman agar bisa melewati jalur tanpa terjatuh. Udara di sepanjang trek sangat lembab, karena di kiri dan kanan jalan ditumbuhi pepohonan rindang, sehingga sinar matahari pun hanya tembus lewat celah dedaunan yang lebat.
Tiket dan Parkir
Untuk memasuki kawasan Pondok Halimun pengunjung akan ditarik retribusi dua kali yakni Rp 2.000 per orang ketika memasuki kebun teh di kampung Perbawati oleh petugas dari Disparbudpora Kabupaten Sukabumi dan Rp 1.000 ketika masuk kawasan Pondok Halimun itu sendiri. Sedangkan bagi yang membawa kendaraan pribadi dikenai uang parkir sebesar Rp 1.000/kendaraan untuk sepeda motor dan Rp 2.000/kendaraan untuk mobil.
Sedangkan untuk berkemah Rp. 4.500 perorang untuk perhari. Dengan perhitungan tiket Rp. 2.500 perorang dan asuransi Rp. 2.000 perorang. Pembayaran untuk berkemah ini sudah termasuk tiket masuk ke air terjun Cibeureum.
Fasilitas dan Akomodasi
Dikawasan Pondok halimun tersedia camping groundcamping ground di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selain itu dikawasan ini juga tersedia satu bungalow bernama Pondok Kaliage yang disewakan Rp 200 ribu per malam.
Juga tersedia warung-warung berjulan makanan seperti mie rebus, minuman hangat kopi, bandrek, jagung bakar bahkan adapula yang menjual cinderamata. Warung-warung ini buka setiap hari dari 05.00 hingga pukul 02.00 WIB. Bahkan jika akhir pekan, bisa buka 24 jam. seluas lima ha. Lahan itu merupakan satu dari enam

Tips Mendaki Gunung Gede Pangrango

0 komentar
Gunung gede-Pangrango
Gunung Gede-Pangrango adalah satu-satunya gunung yang paling sering di daki di Indonesia, kurang lebih 50.000 pendaki per tahun, meskipun peraturan dibuat seketat mungkin, bisa jadi karena lokasinya yang berdekatan dengan Jakarta dan Bandung. Untuk mengembalikan habitatnya biasanya tiap bulan Agustus ditutup untuk pendaki juga antara bulan Desember hingga Maret. Untuk mengurangi kerusakan alam maka dibuatlah beberapa jalur pendakian, namun jalur yang populer adalah melalui pintu Cibodas
Mulai 1 April 2002 untuk mengunjungi Taman Nasional Gn.Gede-Gn.Pangrango diberlakukan sistem booking, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam, 300 melalui Cibodas, 100 melalui Selabintana, 200 melalui Gunung Putri. Pendaftaran pendaki hanya dilanyani di Wisma Cinta Alam kantor Balai Taman Nasional Gn. Gede-Pangrango pada hari kerja (senen-jumat) pada jam kantor. Pos Cibodas, Gn. Putri dan Salabintana sudah tidak melayani ijin pendakian. Hanya sebagai pos kontrol.
Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan hutan seluas 150 km2 di puncak Gunung Gede Pangrango (Kabupaten Cianjur) sebagai suaka alam pada tahun 1889. Pemerintah RI kemudian mengubah status wilayah Gede Pangrango menjadi Taman Nasional pada tahun 1980.
pangrango 2
CUACA
Gede Pangrango adalah salah satu tempat di pulau jawa yang terbanyak curah hujannya, rata-rata pertahun mencapai 3.000 hingga 4.200 mm. Musim Hujan dimulai pada bulan Oktober hingga bulan mei dengan curah hujan lebih dari 200 mm setiap bulannya, dan lebih dari 400 mm perbulannya diantara bulan Desember hingga Maret dan taman biasanya ditutup. Taman nasional ini sangat penting untuk menyerap air hujan.
Saat terbaik untuk mengunjungi taman maupun pendakian adalah diantara musim kemarau sekitar juni hingga september, dimana pada saat itu curah hujan turun dibawah 100 mm. Suhu rata-rata berfariasi dari 18ºC di Cibodas hingga kurang dari 10ºC di puncak gunung gede dan pangrango, dengan kelembaban diantara 80% dan 90%. Pada malam hari suhu di puncak gunung bisa mencapai dibawah 5ºC, sehingga bagi setiap pendaki gunung harus membawa jaket tebal. Pendaki juga perlu berhati-hati karena pohon-pohonan mudah tumbang.
Kelembabannya sangat tinggi terutama di hutan pada malam hari, namun pada musim kemarau di puncak gunung berubah turun pada malam hari sekitar 30% hingga siang hari naik mencapai 90%. FAUNA
Tercatat ada 245 jenis burung di taman ini, ketika Junghuhn mendaki Gn.Pangrango pada tahun 1839, merupakan pendaki pertama yang dilakukan oleh orang Eropa, ia menemukan dua badak jawa di dekat puncak gunung (kandang badak) seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan yang lain sedang merumput di pinggir sungai. Sekitar 150 tahun yang lalu juga masih dihuni oleh banteng dan rusa jawa. Pada tahun 1929 masih ada Macan tutul Panthera pardus di Taman Nasional ini, dan tahun 1986 masih tersisa 10, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
PINTU MASUK TAMAN
Bagi setiap pengunjung wajib minta ijin di pintu masuk taman yang dapat diperoleh di kantor Cibodas. Pengunjung dapat memasuki taman lewat beberapa pintu diantaranya:
1. Kebun Raya Cibodas
Pintu Cibodas (Cipanas) merupakan pintu masuk utama dan kantor pusat taman. Berjarak kira-kira 100 km dari Jakarta / 2,5 jam dengan mobil, 89 km dari Bandung / 2 jam naik mobil.
2. Pintu Gunung Putri (Cianjur) dekat dengan Cibodas dan dapat dijangkau lewat Cipanas atau Pacet. Pintu Selabintana (Sukabumi) berjarak 60 km dari Bogor / 1,5 jam naik mobil, dan 90 km dari Bandung / 2 jam naik mobil. Jalur ini sudah ditutup, karena ada beberapa tempat yang terkena longsor sehingga kita harus merangkak melalui pinggiran jurang dengan tali. Untuk itu diperlukan ijin khusus dan harus dengan pengawalan ranger.
3. Pintu Situgunung (Sukabumi) berjarak 15 km dari Selabintana ke arah Bogor. Jalur menuju puncak Gunung Gede dan Pangrango memiliki jalur yang sangat jelas, kecuali pintu masuk Situgunung.
PERATURAN PENDAKIAN
1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diperlukan bagi pendaki gunung atau wisatawan yang dari Cibodas menuju Air terjun Cibeureum melanjutkan ke Air Panas. Wisatawan yang menuju Air terjun Cibeureum lewat Selabintana. Dari perkemahan Bobojong memasuki Taman Nasional lewat Gunung Putri.
2. Bagi para pendaki gunung harus minta ijin ke kantor pusat taman di Cibodas, 3-30 hari sebelum pendakian harus booking dahulu. Jumlah pendaki dibatasi hanya 600 orang per malam.
Jam buka kantor pengurusan ijin:
Senin – Kamis jam 07.30 – 14.30
Jumat jam 07.30 – 11.00

Pendaki harus menyerahkan photo copy KTP atau Surat ijin Orang Tua bagi yang belum memiliki KTP.
3. Penjaga akan memeriksa barang-barang bawaan dan perijinan sebelum memasuki taman.
4. Dilarang membawa binatang ke dalam taman.
5. Dilarang membawa senjata tajam termasuk pisau dan peralatan berburu.
6. Dilarang membawa perlengkapan radio dan bunyi-bunyian ke dalam taman, ijin khusus diperlukan bagi pengguna “walkie-talkie”.
7. Dilarang membuat api unggun yang beresiko tinggi penyebab kebakaran hutan.
8. Dilarang mengganggu, memindahkan, atau merusak barang-barang milik taman. Termasuk mencorat-coret batu atau pohon.
9. Dilarang memetik bunga atau mencabut tanaman.
10. Mendakilah mengikuti jalur utama. Memotong jalur dapat merusak taman dan juga sangat berbahaya.
11. Jangan tinggalkan sampah, sangat sulit dan lama untuk membersihkan sampah dan botol-botol di gunung. Bawa kembali semua sampah ke luar taman.
12. Jangan mecemari atau mengotori sungai, pada saat mandi jangan gunakan sabun atau bahan pencemar lainnya.
13. Melapor kembali ke penjaga taman ketika meninggalkan taman dan menyerahkan surat ijin masuk.
14. Dilarang membawa minumam beralkohol ke dalam taman.
KEBUTUHAN MINIMAL
Bagi para pendaki kebutuhan utama yang harus dipenuhi adalah:
1. Perlengkapan minimal pendakian: pakaian hangat, sleeping bag bila ingin menginap di gunung, jas hujan atau pakaian tahan air, perlengkapan obat-obatan.
2. Bawalah bekal makanan dan minuman yang cukup (non-alkohol).
3. Dilarang mendaki sendirian, sedikitnya harus tiga orang dalam suatu kelompok dan sebisa mungkin dibimbing oleh orang yang sudah hafal betul dengan jalurnya.
Pendakian via Cibodas
PINTU CIBODAS & GUNUNG PUTRI
Jalur terbaik adalah melalui Cibodas, karena kita dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti Telaga Biru, air terjun Ciberem dan Air Panas. Terutama sekali kita dapat menemukan aliran air sepanjang jalan hingga pos Kandang Badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango.
Cibodas atau Gunung Putri dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum jurusan Jakarta – Bandung. Turun di Cipanas atau pertigaan Cibodas, disambung dengan mobil angkutan kecil jurusan Cipanas – Cibodas, atau Cipanas – Gunung Putri. Selain dikenakan tiket masuk Taman dan Asuransi, pengunjung diwajibkan meninggalkan photocopy Tanda Pengenal dan menunjukkan Tanda pengenal asli.
Melalui Cibodas puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 5 jam dan puncak Gunung Pangrango dapat ditempuh selama 7 jam. Sedangkan melalui Gunung Putri puncak Gunung Gede dapat ditempuh selama 9 jam.
Dari jalur Cibodas, terdapat beberapa pos peristirahatan yang berupa bangunan beratap yang sangat bermanfaat untuk berteduh dan menghangatkan badan. Sebaiknya tidak mendirikan tenda di dalam pos karena mengganggu para pendaki lainnya yang ingin berteduh.
Sebelum pos Kandang Batu kita akan melewati suatu lereng curam yang sangat berbahaya, yang dialiri air panas, pendaki perlu ekstra hati-hati karena sempit dan licin namun banyak pendaki berhenti untuk menghangatkan badan. Sebaiknya tidak berhenti di sini sangat menggangu pendaki lainnya, selain itu sebaiknya menggunakan sepatu, panasnya air sangat terasa bila kita hanya menggunakan sandal.
Sungai Air Panas (kandang Batu)
Mandi di sungai di Pos Kandang Batu ini yang berair hangat sangat menyegarkan badan, menghilangkan capek dan kantuk. Membantu melancarkan aliran darah yang beku kedinginan. Jangan gunakan sabun, odol, shampoo, karena banyak pendaki mengambil air minum di sungai ini. Membuka tenda di Pos ini sangat mengganggu perjalanan pendaki lainnya.
Meninggalkan Pos Kandang Batu kita akan melewati sungai yang kadang airnya deras sehingga hati-hati dengan sendal yang dipakai. Celana panjang mungkin perlu digulung, namun bila air sungai sedang tenang (tidak ada hujan di puncak) kita bisa melompat di atas batu-batu. Mendekati Kandang Badak, kita akan mendengar suara deru air terjun yang cukup menarik dibawah jalur pendakian. Kita bisa memandang ke bawah menyaksikan air terjun tersebut, atau turun ke bawah untuk mandi bila air tidak terlalu dingin. Bagi pendaki sebaiknya mengisi persediaan airnya di pos Kandang Badak, karena perjalanan berikutnya akan susah memperoleh air. Setelah kandang Badak perjalanan menuju puncak sangat menanjak dan melelahkan disamping itu udara sangat dingin sekali. Disini terdapat persimpangan jalan, untuk menuju puncak Gn.Gede ambil arah ke kiri, dan untuk menuju puncak Gn.Pangrango ambil arah kanan. Persiapan fisik, peralatan dan perbekalan harus diperhitungkan, sebaiknya beristirahat di pos ini dan memperhitungkan baik buruknya cuaca.
Puncak Gn. Pangrango dilihat dari puncak Gn Gede
Menuju puncak Pangrango waktu yang dibutuhkan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh lebih kurang 3 km, dengan melintasi kawasan hutan lebat yang sangat terjal. Dari puncak gunung Pangrango pendaki tidak bisa menikmati pemandangan sekitar karena masih banyak pohonan. Sedikit turun ke arah barat terdapat areal terbuka seluas 5 ha yang dipenuhi dengan tanaman bunga edelweis. Tempat ini di sebut Alun Alun Mandalawangi.
Untuk menuju puncak gunung gede pendaki menyusuri punggungan gunung yang terjal. Terdapat sebuah tempat yang disebut Tanjakan Setan, tempat ini sangat terjal dan dilengkapi dengan tali baja untuk berpegangan. Dari atas tanjakan ini pendaki bisa memandang panorama puncak gunung Pangrango yang sangat indah.
Hempasan angin kencang sangat terasa di tempat ini. Pendakian di musim hujan tempat ini terasa sangat dingin karena hembusan angin kencang yang bercampur dengan air. Pendaki yang belum makan biasanya akan mudah sakit ketika tiba di tempat ini. Bahkan bisa terkena kram bila tidak menggunakan pakaian yang cukup tebal. Hingga puncak Gunung Gede angin kencang akan selalu menemani pendaki.
Puncak Gn. Gede
Puncak gunung gede memanjang, berbeda dengan puncak gunung pangrango yang runcing sempurna. Pendaki biasanya menikmati pemandangan Kawah Gunung Gede yang sangat luar biasa. Tercium aroma bau belerang yang kadang kala sangat menyengat hidung. Kawah gunung Gede terdiri dari Kawah Ratu dan Kawah Wadon.
Puncak gunung Gede sangat indah namun perlu hati-hati, kita dapat berdiri dilereng yang sangat curam, memandang ke kawah Gede yang mempesona. Dibawah lereng-lereng puncak ditumbuhi bunga-bunga edelweis yang mengundang minat untuk memetiknya, hal ini dilarang dan sangat berbahaya bagi kelestariannya.
Alun-alun SURYA KENCANA
Dari puncak Gede kita bisa kebawah menuju alun-alun SuryaKencana, dengan latar belakang gunung Gumuruh. Terdapat mata air yang jernih dan tempat yang sangat luas untuk mendirikan kemah.
pangrango alun-alun-suryakencana
Tempat berkemah
Bila berkemah di alun-alun Surya Kencana di pagi hari sekitar jam 5 pagi pendaki akan dibangunkan oleh para pedagang yang menawarkan nasi uduk dan rokok, (Gunung apa pasar !!??..), Dari sini kita belok ke kiri (timur) bila ingin melewati jalur Gunung Putri, dan untuk melewati jalur Selabintana kita berbelok ke kanan (barat).
JALUR GUNUNG PUTRI
Untuk menuju Gunung Putri dari Jakarta naik bus jurusan Bandung / Cianjur turun di Pasar Cipanas. Dari belakang Pasar yang merangkap terminal ini kita naik mobil angkot ke Gunung Putri. Sebelum melakukan pendakian kita harus booking terlebih dahulu 3-30 hari sebelum hari pendakian di Kantor Pusat Taman Nasional yang terletak di Cibodas.
Di Pos Penjagaan Gunung Putri (1.450 mdpl), pendaki wajib melapor dan menunjukkan surat – surat perijinan dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang bawaan. Untuk barang yg dilarang seperti pisau, radio, sabun, odol, dll. akan diminta oleh petugas. Pada saat keluar Taman Nasional juga akan dilakukan pemeriksaan kembali serta wajib memperlihatkan sampah yang dibawa turun sisa-sisa pemakaian kita sendiri. Di setiap pintu taman ada tempat untuk membuang sampah.
Pendakian via Gunung putri
Pendakian awal berupa jalan setapak yang melintasi kebun penduduk, yang selanjutnya akan menyeberangi sungai kecil. Setelah melewati sungai jalur mulai menanjak dan kita akan menemukan pipa air minum yang disalurkan untuk keperluan penduduk sekitar.
Satu jam perjalanan dari pipa air pendaki akan sampai di Pos Tanah Merah yang berupa bangunan bekas kantor Taman Nasional yang sudah tidak terpakai di ketinggian 1.850 mdpl. Beberapa dinding kayu sudah hilang dan lantai kayunyapun sudah pada berlobang, namun atapnya masih bagus sehingga dapat digunakan untuk berteduh.
Jalur semakin menanjak dan melintasi akar-akar pepohonan, suasana hutan semakin lebat dan mencekam, setelah berjalan sekitar 1,5 jam akan sampai di Pos Legok Lenca diketinggian 2.150 mdpl.
Jalur berikutnya semakin curam dan licin terutama di musim penghujan, di beberapa tempat medan sempit sehingga pendaki harus ke pinggir bila berjumpa dengan pendaki dari arah berlawanan. Pos berikutnya adalah Buntut Lutung yang berada di ketinggian 2.300 mdpl. Tempat ini agak lega sehingga bisa beristirahat rame-rame setelah melintasi jalur sempit. Jarang sekali ada pendaki yang membuka tenda di pos-pos di sepanjang jalur gunung putri. Selain tempatnya sempit dan tidak ada sumber air, pendaki lebih suka bersusah payah sekuat tenaga untuk sampai di Alun-Alun Surya kencana dan berkemah di sana.
Sebelum sampai di lapangan terbuka Surya Kencana kita masih harus melewati dua pos lagi yakni Pos Lawang Seketeng (2.500 mdpl) dengan medan yang semakin terjal dan semakin menguras tenaga, serta Pos Simpang Maleber (2.625 mdpl).
Pos yang ada berupa bangunan untuk duduk yang dilengkapi dengan atap yang disangga satu tiang seperti payung. Seperti pos-pos yang lainnya tiang penyangga atap sudah roboh semua. Dari Pos Simpang Maleber lintasan sudah landai alun-alun Surya Kencana sudah nampak di depan mata. Untuk menuju Pusat Keramaian Alun-Alun ( Kilometer Nol ) kita harus berjalan ke arah kanan mengikuti aliran sungai kecil yang berada tepat di tengah-tengah lapangan.
Selanjutnya dari Km-0 kita ke kanan mendaki bukit terjal berbatu yang banyak ditumbuhi edelweis untuk menuju puncak Gn. Gede. Sedangkan untuk turun kembali lewat jalur Selabintana kita harus berjalan lurus.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
JALUR SELABINTANA
Selabintana (960 mdpl) adalah kawasan wisata yang sangat menarik. Hotel, penginapan, tempat bermain, air terjun dan bumi perkemahan menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi siapa saja. Kaum Remaja dari Bandung dan Jakarta sering mengadakan camping di lokasi ini. Kaum Muda Sukabumi menjadikannya sebagai tempat istimewa untuk berpacaran.
Air Terjun
Di Selabintana terdapat air terjun Ciberem yang memiliki ketinggian hingga 70 meter. Percikan dan kabut yang tercipta oleh air terjun sudah terasa dari kejauhan ketika pengunjung hendak mendekatinya. Untuk menuju air terjun pengunjung harus melewati jalan berbatu yang panjang dan terjal. Lokasi yang sulit dijangkau ini tidak mengurangi niat orang untuk menuju ke sana. Banyak orang tua yang sengaja ingin memanfaatkan suasana alam dan jalur yang menantang ini untuk proses penyembuhan atau melatih badan.
Jalur pendakian Selabintana kurang diminati oleh para pendaki. Banyak hal yang menjadi alasan yakni: 1.membutuhkan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian maupun dalam perjalanan di kendaraan umum, 2.akses kendaraan umum yang susah dan lebih jauh, 3.jalurnya lebih berat, berlumpur dan banyak pacet.
Setelah melakukan booking beberapa hari sebelumnya di Cibodas pendakian baru bisa dilakukan. Di Pos Pemeriksaan dilakukan pemeriksaan barang bawaan dan surat perijinan, kemudian pendaki bisa langsung “ngetrek” atau berkemah terlebih dahulu di Selabintana.
Dari Pos Pemeriksaan kita berjalan menyusuri tepi sungai yang aliran airnya jernih dan sangat dingin memasuki kawasan hutan lebat yang banyak dihuni satwa liar. Lintasan berupa jalan berbatu yang ditata rapi menyusuri punggungan gunung. Monyet-monyet bergelantungan di atas pohon, aneka burung berkicauan di atas dahan.
Setelah berjalan sekitar 1/2 jam kita akan berjumpa dengan menara pengamatan burung. Selanjutnya akan sampai di Pos Citingar (1.000mdpl). Di sepanjang jalur banyak terdapat sampah dedaunan. Di musim penghujan banyak pacet dan di musim kemaraupun masih ada pacet. Medan yang berupa tanah gembur dilapisi guguran dedaunan semakin menanjak dan licin.
Bila ingin beristirahat sebaiknya tidak duduk di atas pohon tumbang atau di tanah berhumus karena banyak pacet, cukup berdiri mengambil nafas panjang. Masih dalam kondisi jalur yang sama kita akan sampai di Pos Citingar Barat (1.175 mdpl). Sekitar 2-3 jam kita berjalan dikawasan hutan yang banyak pacetnya ini. Untuk itu gunakan sepatu gunung jangan pakai sendal, untuk menghindari puluhan pacet nempel di kaki.
Selanjutnya jalur masih berupa tanah gembur dilapisi dedaunan. 1 jam kemudian jalur agak landai sedikit turun dari punggungan gunung menghindari lintasan lama yang longsor (di atas lintasan baru). Di lokasi ini lintasan baru dilapisi dengan batu yang ditata rapi danPacet sudah jarang dijumpai. Kemudian kita akan sampai di Pos Cigeber (1.300 mdpl).
Bila lintasan sebelumnya langit tertutup oleh rimbunya pepohonan (canopy), maka lintasan berikutnya kita mulai bisa melihat langit karena pohon-pohon yang sangat tinggi sudah jarang. Tanah yang diinjak mulai agak keras. Kita akan melewati pinggiran jurang yang banyak ditumbuhi rumput-rumput yang agak tinggi. Selanjutnya tiba di Pos Cileutik (1.500 mdpl).
Sedikit turun di bawah Pos yang sudah roboh ini terdapat sungai yang aliran air nya kecil dan membentuk air terjun mini. Bila tidak terlalu dingin bisa mandi di sungai ini. Di lokasi ini beberapa pendaki bisa beristirahat bersama namun tidak cukup untuk mendirikan 2-3 tenda.
Setelah menyeberangi sungai kecil, medan kembali menanjak dan memasuki kawasan hutan yang lebat. Di beberapa tempat tanah yang diinjak agak lembek. sekitar 2 jam berjalan pendaki akan sampai di Pos yang banyak dikelilingi pohon-pohon yang memiliki bentuk yang aneh, sehingga bisa menimbulkan fantasi yang bermacam-macam.
Selanjutnya kita berjalan sekitar 2 jam maka kita akan sampai di Pos yang hanya bisa digunakan untuk duduk beristirahat sekitar 8 orang. Lintasan berikutnya makin terjal, di beberapa tempat kita bisa berpegangan pada akar-akar dan selanjutnya pendaki akan melewati jalur yang banyak di tumbuhi rumput-rumput yang sangat tinggi.
Sekitar satu jam kita akan sampai di Pos Pertigaan, di tempat ini terdapat persimpangan jalur, bila ke kanan menuju puncak gunung Gumuruh, bila ke kiri menuju alun-alun Surya Kencana. Sekitar lima menit dari lokasi Pos ini kita akan sampai di tempat yang terbuka, ke kanan kita bisa melihat ALun-alun Surya Kencana dan Puncak Gunung Gede.
Danau Biru
Untuk menuju pusat Alun-alun (Kilometer Nol) kita berjalan ke kanan sekitar 15 menit. Di lapangan luas ini kita bisa beristirahat mendirikan tenda. Untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur Cibodas kita harus mendaki puncak gunung Gede terlebih dahulu. Sedangkan untuk melewati jalur Gunung Putri kita berjalan lurus mengikuti pinggiran sungai.
Hamparan tanaman Bunga Edelweis yg dilindungi
Untuk menuju puncak Gunung Gede dari Km-0 kita masih harus mendaki batuan terjal yang banyak ditumbuhi Bunga Edelweis, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
pangrango 3
TRANSPORTASI:
JALUR CIBODAS
Naik bus jur Jakarta-Bandung lewat puncak, turun di pertigaan Cibodas. Mobil angkot ke Kebun Raya Cibodas.
JALUR GUNUNG PUTRI
Naik bus jur Jakarta-Bandung lewat puncak, turun di pasar Cipanas. Mobil Angkot ke gunung Putri.
JALUR SELABINTANA
Dari Sukabumi naik mobil angkot ke Selabintana. Jalan kaki/carter angkot ke Pondok Halimun.

JAKARTA – GUNUNG GEDE – PANGRANGO (perkiraan waktu tempuh) :

1. Jakarta – Cipanas ( arah Bandung ) jarak: 100km waktu tempuh -/+ 2 jam (berkendaraan)
2. Cipanas – Taman Cibodas ( Pintu Masuk ) -/+ 30 mnt (berkendaraan)
3. Cibodas – Danau Biru -/+ 30 mnt (hiking)
4. Danau Biru – Kandang Batu ( Sungai Air Panas ) -/+ 2 jam (hiking)
5. Kandang Batu – Kandang Badak -/+1,5 jam (hiking)
6. Kandang Badak – Puncak Gede ( 2.958 Mdpl ) -/+ 1 jam (hiking)
7. Kandang Badak – Puncak Pangrango ( 3.019 Mdpl ) -/+ 3 jam (hiking)
8. Puncak Gede – Alun Alun Suryakencana -/+ 30 mnt (hiking)
Selamat berpetualang!

Kamis, 04 Februari 2016

Asal Mula Kala Sunda

0 komentar
ASAL MULA KALA SUNDA DAN ISTILAH SUNDA
ASAL PAWUKON/ KALA SUNDA
Cerita penemuan kembali Kala Sunda bermula ketika Ir. C.J Snijders, astronom Belanda, menemukan Pawukon. Pawukon adalah sistem kalender yang mempunyai waktu terukur, seperti wuku yakni penamaan per tujuh hari. Ada 30 nama wuku. Ada juga wara, model penanggalan “mingguan” dari seminggu hanya satu hari hingga seminggu ada yang sepuluh hari. Kala Sunda hanya menggunakan dua wara, yakni panca wara dan sapta wara. Dengan dua wara ini saja, Kala Sunda sudah berpenanggalan “stereo” seperti radite-pahing, sukra-kliwon. Seseorang yang lahir pada Senin wage, akan berbeda wataknya dengan orang yang lahir pada Senin-kliwon.
Pawukon adalah bukti adanya manusia tertua di Pulau Jawa. Dalam bukunya Beginselen der Astrologie, Snijders menyebutkan Pulau Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya sudah ada sejak jaman Lemuria atau Pleistoceen, kira-kira sejuta tahun yang lalu. Umurnya pun lebih tua dari daratan Asia sendiri. Di buku itu juga disebutkan perbandingan umur kalender bangsa-bangsa dunia. Snijders menaksir kalender Quichuas, penduduk asli Meksiko, berumur 15 ribu tahun. Usia kalender Cina 13 ribu tahun, Babilonia 6500 tahun, dan India, yang disebut Surya Sidhanta, berumur 2200 tahun. Adapun Sistem pawukon ini ditaksir berumur 17.183 tahun. Pawukon adalah bagian dari kalender Sunda. Dengan kata lain, KALENDER SUNDA ADALAH KALENDER TERTUA DI DUNIA.
Merujuk pada Ensiklopedi Winkler Prince, tingginya suatu peradaban, diukur dari tingkat akurasi penanggalan kalendernya. Secara logis pun, bangsa yang sudah mempunyai sistem kalender – terlebih yang rumit – pasti sudah menguasai aksara, bahasa, ilmu hitung, dan ilmu baca. Dalam konteks Kala Sunda, aksara yang digunakan atau dikuasai adalah Caraka atau Kagangan. Sebelum urang Sunda membuat tulisan, pasti sudah mengenal bahasa dan tata bahasa yang baku.
Bahkan, Dalam Penataran Dialetologi Tahap I, Juni-Agustus 1976, Proto Austronesia Etyma cunstituting An Asutronesian Cognate Finder List Dr. Bernd Nothafer, menggambarkan bahwa PROTO-SUNDIC MERUPAKAN INDUK BAHASA LAIN, SEPERTI MELAYU, MADURA, BALI.
Keberadaan Pawukon/ Kala Sunda dan budaya Sunda pada era lebih dari 10.000 tahun yang lalu diperkuat dengan ditemukannya bukti arkeologis berupa:
1. Situs Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, dimana berdasakan pengujian Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat merilis usia bangunan bawah permukaan dari Situs Gunung Padang, sebagai berikut: a). Pada lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter (diduga man made stuctures /struktur yang dibuat oleh manusia) dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2, adalah sekitar 7.600-7.800 SM. Usia bangunan ini jauh lebih tua dibandingkan dari Piramida Giza di Mesir yang berumur 2.560 SM.; b). Sedangkan umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter, adalah sekitar 14.500–25.000 SM. Ini Artinya situs gunung padang ini telah ada sebelum peristiwa banjir besar (berakhirnya zaman es).
2. Penemuan kerangka manusia di sekitar Gua Pawon, Kabupaten Bandung serta jejak-jejak kehidupan/ kebudayaan manusia di puncak Pasir Pawon dan di lembah sekitar aliran Cibukur. Di puncak Pasir Pawon, di mana terdapat stone garden (mirip stone henge di Inggris) dapat dijumpai sebaran artefak berupa fragmen tembikar dan keramik. Selain itu juga terdapat beberapa batuan beku yang kemungkinan merupakan sisa unsur bangunan. Berdasarkan hasil analisis C-14 menunjukkan umur Manusia Pawon antara 5.660±170 SM sampai 9.520±200 SM.
ASAL ISTILAH SUNDA
Selama ini sebutan “Sunda” lebih dikenal hanya sebagai sebuah kerajaan atau suku (etnis) yang mendiami wilayah Jawa Barat, sesungguhnya itu tidak benar dan sama sekali salah. “Sunda” adalah nama atau sebutan sebuah wilayah yang sangat luas di Planet Bumi. Secara diagonal wilayah itu mencakup dari ujung Timor, sebagian India selatan hingga belahan timur Afrika dan kepulauan Madagaskar. Nama wilayah Sunda ini masih dapat ditemui dalam istilah geografi internasional, antara lain:
1. KEPULAUAN SUNDA BESAR DAN SUNDA KECIL
Bagi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada medio 1960 an, istilah Sunda masih ditemukan didalam mata ajar Ilmu Bumi, suatu istilah yang menunjukan gugusan kepulauan yang disebut Sunda Besar (meliputi: Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulaweis), serta Sunda Kecil (meliputi: Pulau Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku).
2. PAPARAN SUNDA, TANAH SUNDA
a. PAPARAN SUNDA adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarya. Area ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta km2. Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.
b. TANAH SUNDA (SUNDALAND), Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Besar termasuk Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan.
3. SISTEM GUNUNG SUNDA
Adalah jajaran pegunungan yang melingkari paparan Sunda (CIRCUM-SUNDA MOUNTAIN SYSTEM) yang panjangnya se kitar 7000 km. Paparan Sunda terdiri dari dua bagian utama, yaitu (1) bagian utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian ba rat dan (2) bagian selatan yang terbentang dari barat ke ti mur sejak Lembah Brahmaputera di Assam (India) hingga Maluku bagian selatan. Paparan Sunda itu bersambung dengan kawasan sistem Gunung Himalaya di barat dan dataran Sahul di timur (Bemmelen, 1949: 2-3).
4. LAUT SUNDA (SOENDA ZEE)
Isitilah Laut Sunda atau Soenda Zee masih dikenal pada zaman pemerintah kolonial Belanda hingga pada era sekitar tahun 1919. Soenda Zee adalah wilayah laut meliputi Laut Jawa, Selat Karimata, dan Laut Cina Selatan yang dikenal saat ini.
Istilah Sunda juga sebenarnya telah ada pada masa kerajaan Tarumanegara, yang ditunjukkan pada Prasasti batu yang ditemukan di kampung Pasir Muara (Cibungbulang) di tepi sawah kira-kira 1 kilometer dari prasasti telapak gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti ini merupakan peninggalan pemerintahan Suryawarman yang berisi inskripsi sebanyak 4 baris. Bacaannya (menurut Bosch):
”Ini sabdakalanda juru pangambai kawihaji panyca pasagi marsandeca barpulihkan haji sunda”. Artinya: Ini tanda ucapan Rakeyan Juru Pangambat dalam tahun Saka 458 bahwa pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda”. Suryawarman di dalam sejarah tatar Pasundan tercatat sebagai raja Tarumanagara ketujuh. Diperkirakan memerintah pada tahun 457 sampai dengan tahun 483 Saka, bertepatan dengan tahun 536 sampai dengan tahun 561 masehi, sedangkan tahun 458 Saka bertepatan dengan 536 masehi atau abad ke enam masehi.
Dari prasasti ini jelas bahwa nama kerajaan Sunda yang didirikan raja Tarusbawa pada tahun 670 M bukan merupakan nama baru, namun mengambil dari istilah Sunda yang telah ada sejak zaman kerajaaan Tarumanegara, bahkan jauh lebih lama lagi. PERLU DICATAT, BAHWA KERAJAAN TARUMANAGARA PADA AWALNYA MELIPUTI SELURUH WILAYAH NUSANTARA, SEMENANJUNG MALAYA, THAILAND, KAMBOJA, bahkan mungkin lebih luas lagi. Pemecahan wilayah kerajaan Tarumanagara diawali ketika Maharaja Linggawarman (raja Tarumanagara terakhir) pada sekitar tahun 670 M memberikan wilayah Swarnadwipa (Sumatera), Kalimantan Barat, semenanjung Malaya, Thailand dan Kamboja (Tarumanagara Barat) kepada menantunya Dapunta Hyang Srijayanasa yang menikah dengan putrinya yang bernama Sobakancana, yang selanjutnya diberi nama kerajaan SRIWIJAYA. Dan sisanya, wilayah Tarumanagara Tengah dan Timur (pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku) diserahkan kepada menantunya yang lain, yaitu raja Tarusbawa yang menikah dengan putrinya yang bernama Manasih, yang selanjutnya diberi nama KERAJAAN SUNDA.
Adanya pemecahan wilayah ini mendorong KERAJAAN GALUH (kerajaan bawahan Tarumanagara) yang dipimpin Wretikandayun untuk ikut memisahkan diri dari kerajaan Sunda, untuk menjadi kerajaan mandiri, karena merasa bahwa raja Tarusbawa adalah sederajat (hanya menantu/ bukan turunan langsung dari raja Tarumanagara), dimana Kerajaan Galuh juga diawali dengan terbentuknya kerajaan KENDAN yang didirikan oleh Manikmaya (menantu Suryawarman) Tahun 526 M. Wretikandayun adalah cicit dari Manikmaya. Wilayah Kerajaan Galuh meliputi wilayah Jawa Barat bagian Timur (dibatasi oleh Sungai Citarum), Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur. Oleh karena itulah daerah sekitar Sidoarjo disebut sebagai Hujung Galuh. Disamping kerajaan Galuh, wilayah lain yang memisahkan diri adalah KERAJAAN KALINGGA yang dipimpin Ratu Shima, wilayahnya mencakup wilayah Jawa Tengah bagian Utara.
Pemecahan wilayah kerajaan Tarumanagara di atas direstui oleh Maharaja Linggawarman, dengan syarat bahwa semua kerajaan yang memisahkan diri tetap harus menjalin kekeluargaan dan menghormati Maharaja Sunda Tarusbawa sebagai penerus dari kerajaan Tarumanagara. Hal lainnya adalah penobatan raja-raja tetap dilakukan di kabataraan (tahta suci) yang ada di kerajaan Sunda. Inilah sebabnya, kenapa Raja Panjalu (Kadiri) Prabu Kertajaya (1194-1222) juga disebut-sebut dalam Prasasti Galunggung. Paul Michel Munoz (2006) berpendapat bahwa sisa-sisa keluarga dan pengikut Prabu Kertajaya (Raja terakhir Dinasti Sanjaya di Jawa Timur) melarikan diri ke daerah Sukapura/Ciamis pada tahun 1222 untuk menghindari pembantaian Ken Angrok. Berdasarkan kitab Nagarakretagama, Prabu Kertajaya bersembunyi di Dewalaya (tempat Dewa) atau tempat suci. Tempat ini diperkirakan adalah Kabataraan Gunung Sawal (Ciamis). Di tempat persembunyiannya ini diperkirakan Prabu Kertajaya mendirikan kerajaan Panjalu Ciamis yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Panjalu Kadiri (Jawa Timur).
MASA PRA TARUMANAGARA
Masa ini dikenal dengan sebutan ”SUNDA PURBA”, yang meliputi wilayah: Nusantara, semenanjung Malaya, Indo Cina, India Selatan, kepulauan Madagaskar hingga belahan Timur Afrika, bahkan ada yang menyebut hingga ke Jepang, Korea, dan benua Amerika. Beberapa sumber mengatakan bahwa bangsa Indian di Amerika juga berasal dari wilayah Sunda Purba dan dikenal dengan nama bangsa Melayu Indian (Indian Malay). Nama Sunda Purba kemudian berubah menjadi “Sundalarang” (Sunda Besar) lalu menjadi “Dwipantara” setelah itu berubah lagi menjadi “Nusantara” dan ketika jaman penjajahan kolonial Belanda berganti nama menjadi “Hindia Belanda”, lalu pada tahun 1928 ketika dicanangkan “Sumpah Pemuda” nama negeri ini berubah menjadi “Indonesia” hingga sekarang.
Berdasarkan beberapa sumber yang dapat dipercaya mengatakan bahwa pada tahun 52 Saka, Aki Tirem menyerahkan kekuasaan Kerajaan Sakalanagara (diperkirakan berada di sekitar wilayah Pandeglang) kepada putrinya, Nyi Putri Rarasati yang dinikahi oleh Dewa Warman. Cerita Sakalanagara ini jatuh pada abad kedua masehi (122 M). Jika dicocokkan dengan naskah Pangeran Wangsakerta (abad 17), sangat cocok. Apabila cerita Sakalanagara jaman Aki Tirem dan naskah Pangeran Wangsakerta dihubungkan, menurut data Atmadiredja, sangat cocok.
Ketika jaman “Purbanagara” (nama kerajaan Sunda Purba) berakhir pada tahun 78 M yang ditandai dengan pergantian nama wilayah besar Sunda Purba menjadi “Dwipantara” yang artinya adalah dua panutan bernegara yaitu “Panatagama dan Panatanagara”. Hal ini dapat diartikan bahwa tonggak atau pancang awal berdirinya sebuah kedaulatan wilayah adalah dengan penataan agama (spiritual/kepercayaan) dan penataan cara bernegara. Prinsip inilah yang mendasari konsep ”Tritangtu”, Rasi, Rama dan Ratu. Rasi adalah dewan (orang-orang) yang mengurusi urusan spiritual, wilayahnya disebut Kabataraan (Tahta Suci), Rama adalah dewan (orang-orang) yang mengurusi urusan peraturan, hukum, kebijakan negara (mirip dengan lembaga Legislatif); Ratu adalah yang bertugas mengurusi kenegaraan/pemerintahan (mirip dengan lembaga Ekskutif).
Pemerintahan negeri Dwipantra dipegang oleh Aji Saka-I dengan gelar Haji Raksa Gapura Sagara, nama kerajaannya disebut Salakanagara. Adapun misi negara pada saat itu disebut Salaka Domas atau Mulla Sarwa Stiwa Danikaya (“berawal dari kebersamaan menjadi kekayaan” atau dengan kata lain artinya ialah “bersama membangun kejayaan”). Misi negara tersebut dilanjutkan oleh Aji Saka–II yang bergelar Pangeran Dewawarman atau Sang Hyang Watugunung atau Ratu Agung Manikmaya (132 M).
Ketika Aji Saka-II digantikan oleh Aji Saka–III yang nama aslinya adalah Rakeyan Taruma Hyang (“Si Tumang”, suami Dayang Sumbi) atau Pangeran Wisnu Gopa, ia mengganti nama kerajaan Salakanagara dengan sebutan Tarumanagara. Di masa pemerintahan Aji Saka-III inilah perwujudan dari misi Salaka Domas negeri Dwipantara ini tercapai. Pernikahan antara Aji Saka-III dengan Dayang Sumbi yang bergelar Dewi Mayang Sunda atau nama aslinya Galuh Kaniawati menghasilkan lima orang anak yang kelak disebut sebagai Lima Putra Sunda atau Panca Putra Dewa.
Memang sungguh mengherankan, ketika bangsa Eropa menyusun sejarah Yunani-Romawi yang dilakukan dengan metode (teknik) penelusuran Metahistori yang dikaji dari berbagai puing-puing peninggalan serta artefak lainnya, tidak ada satupun bangsa yang menolak tuturan sejarah mereka. Demikian pula ketika penyusunan perjalanan sejarah peradaban kebudayaan Mesir Kuno di sekitar Sungai Nil atau Sumeria, Babylonia, Mesopotamia, serta kebudayaan lainnya yang berada di antara Sungai Tigris dan Eufrat. Dongeng sejarah yang mereka susun pada akhirnya dipahami sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan seolah tidak diragukan lagi kebenarannya.
Berbeda halnya, ketika bangsa Indonesia mencoba menggali sejarah bangsanya sendiri, dengan “cara berpikir” bangsa Nusantara dan tidak dengan cara berpikir bangsa Barat, setiap hasil penelusuran yang dilakukan akan “disalahkan dan ditentang habis-habisan”, bahkan jika itu berupa fenomena logis sekalipun akan segera dimentahkan dengan argumentasi ala Baratnya. Mereka lupa, bahwa sejarah Nusantara adalah sejarah negerinya sendiri dan hanya dapat digali dan ditemui kebenaran sejatinya jika mempergunakan cara berpikir Nusantara yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal.