Kamis, 18 Juli 2013

Situs Tugu Gede Cengkuk Sukabumi Jawa Barat

Situs Tugu Gede Cengkuk

From: oman abdurahman 
Subject: Perjalanan ke Ciptagelar & Cengkuk-
Haturan kang CA, kang Danny, kang Pon, kang Anto, dan sahabat semua,
Bupati Sukabumi (membelakangi kamera) sedang mendengarkan penjelasan situs Cengkuk — with Info Pariwisata Palabuhanratu and Rully B Tedjasukmana.
  1. Pada hari Jum’at-Ahad, 12-14 Oktober 2012, kami melakukan perjalanan ke masyarakat adat Sinarresmi dan Ciptagelar; dan Situs purbakala Tugu Gede, Cengkuk, Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Banyak yang kami dapatkan dari perjalanan tsb dan menjadi semacam charger yang hebat bagi kami untuk tetap bersemangat memperjuangkan Indonesia yang lebih baik. Kedua perjalanan dalam satu paket tsb bagi kami sangatlah impresif, dan berikut laporan singkatnya:

 1) Perjalanan ke Kampung Adat Sinarresmi dan Ciptagelar
Perjalanan (lalampahan) ka Ciptagelar sangat berkesan. Perjalanan tsb memang agak dipaksakan, dalam arti saya khususnya, sedang berada dalam bulan2 yang sangat sibuk dengan tugas2 kantor. Namun, saya sudah bertekad untuk menjadikan tawaran (ajakan) dari Miftah beberapa minggu sebelumnya sebagai kesempatan berharga untuk dapat berkunjung ke Sinarresmi dan Ciptagelar, melengkapi pengalaman saya berkunjung ke Kanekes (Baduy dalam) kl 15 tahun yl (tuh pan bedana oge tos 15 taun :)). Miftah adalah seorang anak muda, guru geografi di sebuah SMA di kawasan Bumi Parahiyangan sekaligus penggiat geowisata dari “Geotourism Community”.
Oleh-oleh perjalanan lumayan banyak. Mudah-mudahan sy dapat menuliskannya walau hanya berupa status di FB atau celetukan komentar terhadap status dari peserta yang kemarin ikut dalam rombongan perjalanan, yaitu: Kuke, Martha, Miftah, plus 7 urang siswa SMA, muridna Miftah. Namun, secara umum, pengalaman ke Sinarresmi dan Ciptagelar itu lebih bernuansa perjalanan budaya, khususnya budaya masyarakat adat di Banten pakidulan. Selain itu, minat saya juga terhadap jenis padi-padian (lebih dari 100 jenis) dan juga kayu-kayuan disana yang jumlahnya – menurut sesepuh adat di Sinarresmi – mencapai ratusan (untuk padi-padian sudah dicatat Miftah, yg belum dilakukan adalah mengambil foto dari setiap jenis padi-padian tsb, ini tentu perlu waktu lama).
Di Sinarresmi dan Ciptagelar, nilai-nilai yang paling utama adalah kerukunan hidup, bermitra dengan alam dan sistem leuit sebagai sarana ketahanan pangan, dasar-dasar kebersamaan mereka dan penghormatan terhadap padi (Dewi Sri). Status saya di FB tentang padi dan leuit di Ciptagelar dapat dilihat disini:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151191373178291&set=a.449672263290.229744.627503290&type=1&theater
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151193303603291&set=a.10150747268818291.428779.627503290&type=1&theater
(mohon untuk teman-teman yang sebelumnya sudah melihat status tsb).
Dari respon mitra yang begitu banyak terhadap status tsb, ternyata sistem penghormatan terhadap padi dan leuit yang kita dapatkan dari Ciptagelar menarik perhatian dan masih diminati anak muda. Kang Pon bahkan setengah “menantang” untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tsb, tentu saja dengan revitalisasi dan konsep yang disesuaikan dengan kondisi kita yang hidup di perkotaan.
 2. Perjalanan ke Situs Tugu Gede, Cengkuk
Selain ke Sinarresmi dan Ciptagelar, sebetulnya kemarin kami bertiga (saya, Kuke dan Martha) juga menyempatkan diri melihat Situs Tugu Gede Cengkuk (nama singkatnya: Situs Cengkuk); sementara Miftah dan muridnya menghabiskan waktu di pantai. Perjalanan ini pun tak kalah menariknya dan penting untuk dilakukan perjalanan/survei lanjutan, terutama untuk meneliti apa makna situs tsb, dan bagaimana hubungannya dengan tinggalan dan penemuan yang ada saat ini seperti Gn Padang, dll.
Lokasi situs Cengkuk terletak di sebuah lembah di kaki bukit (namanya juga menunjukkan morfologi ini: “cengkuk”) menghadap Gunung Halimun di sebelah utaranya, di Kp Cengkuk, Desa Margalaksana, Kec. Cikakak, Kab. Sukabumi. Ini sebuah lokasi yang sangat menarik pula. Mengapa tidak berlokasi di puncak bukit seperti Gn Padang? Mengapa lokasinya di lembah (walau pun tetap di ketinggian)? Mengapa pula arah yang dipilih persis di hadapan Gn Halimun?
Akses ke lokasi cukupan (tidak buruk, tapi dibilang bagus juga tidak) , dapat dilalui mobil (roda empat) – apalagi motor – hingga ke tempat parkir yang sempit (hanya masuk 2 mobil kecil) kl 300 meter sebelum situs. Jarak dari jalan raya Palabuhanratu-Cisolok ke lokasi parkir tsb sekitar 13 km. Arah jalan menuju lokasi: belok kanan dari Jl Palabuhanratu-Cisolok di Sakawayan, tak jauh setelah lewat Samudera Beach hotel, yaitu ke arah kantor kecamatan Cikakak berlanjut terus hingga kampung Cengkuk. Jalan mendaki melalui perbukitan tempat kami menikmati suguhan pemandangan yang luar biasa indahnya.
Sebenarnya, apa yang kami lihat di Situs Tugu Gede Cengkuk sama dengan yang diberitakan situs-situs/web tentang Cengkuk. Misalnya: batu tugu atau menhir, batu pamandian, batu kursi, batu dakon, batu yang menyerupai meja makan, batu ranjang, dll, sebagaimana dapat disimak di:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=281&lang=id
http://www.panoramio.com/photo/60022158
http://iyankusmayadi.multiply.com/video/item/14?&show_interstitial=1&u=%2Fvideo%2Fitem
(jika diperlukan Insya Alloh saya kirimkan foto2 saya sendiri disana)
Namun, ada pengalaman yang menarik, yaitu suasana yang pikabetaheun disana; hujan selintas seakan membilas area situs ketika kami baru saja tiba di lokasi, dan harum bunga Ki Beubeunteuran (?). Selain bunga dan buah pohon Ki Beubeunteuran, kami juga mengenal pohon (dengan buah/bunganya): Kalayar, Gadog, Sempur, dan lainnya.
Pengalaman lain di Cengkuk yang sangat menarik: berkesempatan melihat arca asli semacam arca Dewi Sri. Arca ini – perkiraan saya sj – pantasnya disebut demikian :) . Tapi saya yakin ini arca berjenis kelamin perempuan, ukuran kl 50 cm. Replika arca tsb terlampir (foto aslinya pun ada, Insya Alloh sudah salse dikintunkeun). Berapa umur arca tsb dan bagaimana hubungan arca dengan situs, hingga saat ini sy belum memperoleh keterangan.
Sampai disini dulu ya, Insya Alloh kedepan kita sambung lg.
Salam,
Oman A.
Updated over a year ago · Taken at Cikakak, Palabuhanratu, Kab. Sukabumi
 
Bupati Sukabumi (membelakangi kamera) sedang mendengarkan penjelasan situs Cengkuk — with Info Pariwisata Palabuhanratu and Rully B Tedjasukmana.
Situs temuan baru di Kab. Sukabumi dengan peninggalan dari berbagai zaman
Peta lokasi:
Cengkuk, Situs Terbesar di Indonesia
Temuan benda-benda peninggalan zaman megalitik dan peralatan yang diperkirakan buatan Dinasti Sung dan Ming ( Cina ) di situs Gunung Gede Cengkuk, Kampung Cengkuk, Desa Margalaksana, Kec. Cikakak, Kabupaten Sukabumi, terus berlanjut hingga saat ini. Namun temuan Situs Gunung Gede Cengkuk itu memerlukan penelitian budaya lebih komperhensif dengan evakuasi lahan yang luas.
‘ Upaya penelitian budaya dan perluasan ekskavasi akan terus ditindklanjuti untuk lebih jauh mengenai nilai-nilai budaya maupun asal-usul benda-benda. Karena temuan ini sedikitnya akan membuka tabir sejarah kerajaan Pajajaran di Jawa Barat, ‘ Kata Kepla Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Budhyana, Senin (19/12).Selama ini, ekskavasi yang dilakukan baru terbatas bagian permukaan dan arealnya terbagi dalam beberapa bagian. Benda yang ditemukan baru beberapa dari batu-batuan yang diperkirakan berasal dari zaman megalitik.Terhadap temuan tersebut menurut Budhyana, pihaknya berencana menganggarkan dana pada tahun 2006 untuk ekskavasi lanjutan. ‘ Diharapkan dengan anggaran yang tersedia dapat memenuhi dan menata kawasan Situs Cengkuk, terutama pengamanan benda-benda yang sangat kamai khawatirkan akan raib dicuri ‘
Dewa Siwa
Sementara itu, berdasarkan hasil ekskavasi yang dilakukan akhir November hingga pertengahan Desember lalu, ditemukan Arca Dewa Shiwa, yang merupakan bagian dari temuan arca hasil ekskavasi tahun 1992. Temuan berlanjut dengan ditemukannya punden berundak terdiri dari tiga teras, gerabah dan keramik.
Berdasarkan hasil penelitian sementara, Arca Dewa Shiwa dan punden berundak merupakan peninggalan abad ke – 15 masa kerajaan Padjajaran. Sedangkan gerabah dan keramik diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Sung dan Ming dari abad 12-15 Masehi.
Kepala Balai Kepurbakalaan dan Nilai Sejarah Tradisional Disbudpar Jabar, Drs. Prama Putra,M.M. mengatakan, temuan berupa arca, gerabah dan keramik awal Desember hingga pertengahan ini merupakan hasil ekskavasi tahap dua yang dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Seksi Musieum dan Benda Kepurbakalaan Kab. Sukabumi. Sementara temuan sebelumnya(tahap pertama) merupakan hasil ekskavasi Balai Arkeologi Bandung (Balar) yang dipimpin Drs. Lutfi,M.Hum., difasilitasi Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional Disbudpar Jabar
Hingga saat ini, temuan hasil ekskavasi menyebar di areal seluas 4 hektare di Kamp. Cengkuk. ‘Namun, berdasarkan perkiraan luas lebih dari 4 hektare,’ ujarnya.
Situs cengkuk merupakan situs terbesar di Indonesia dan pertama kali ditemukan warga negara Belanda pada tahun 1883. Kemudian, dari tempat tidak jauh dari kawasan temuan pertama, tahun 1992, ditemukan sebuah patung. Temuan tersebut terus berlanjut pada Oktober 2005, yakni sebuah arca.
Sampai saat ini benda-benda yang ditemukan di situs Tugu Gede, Cengkuk, berupa Patung Dewa Shiwa berukuran 30 cm gerbah, dolmen, menhir berukuran 4 meter, yang diduga dijadikan tempat pemujaan. Candi perunggu berukuran mini, batu segi empat yang dijadikan tempat permanndian serta dakon, dan batu berlubang yang diperkirakan dijadikan penumbukan padi. Selain itu, ditemukan gambar lokasi peribadatan yang tertuang dalam batu besar.
Benda-benda peninggalan megalitik tersebut diperkirakan berusia ratusan ribu tahun, sebelum prasejarah. Batu dolmen diperkirakan digunakan untuk tempat penguburan, sementara batu besar yang berisi 10 lubang diperkirakan digunakan untuk tempat penguburan, sementara batu besar yang berisi 10 lubang diperkirakan dijadikan untuk menumbuk padi. (A-87)*** sumber Pikiran Rakyat tanggal 20 Desember 2005
posting by dedisuhendra 
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.1134692326649.2022597.1207536018&type=1








  Ayu 'Kuke' Wulandari 14 hours ago   14.10.2012 :: sebelum pulang, Mang Jaya memperlihatkan kesemuanya ini: arca Nyi Pohaci Sanghyang Sri, sepasang Genta Pendeta berhiasan Padma berkepala Vaj'ra, Guci, dan beberapa perkakas lainnya. (Kamera: si Ungu & si Hitam) — with T Bachtiar Geo, Lutfi Yondri, Budi Brahmantyo, Oman Abdurahman, Disparbud Jabar, Sinung Baskoro and Arifin Surya Dwipa Irsyam.
Berdasarkan hasil penelitian sementara, Arca Dewa Shiwa dan punden berundak merupakan peninggalan abad ke – 15 masa kerajaan Padjajaran. Sedangkan gerabah dan keramik diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Sung dan Ming dari abad 12-15 Masehi.
About these ads
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 komentar:

Posting Komentar