Kamis, 30 Juni 2016

Hari Jadi Sukabumi 1 April 2016 Ke 102 Tahun Sementara Sukabumi Telah ada sejak Jaman Kerajaan Pajajaran

Diskusi Bulanan Analog, Polemik Hari Jadi Sukabumi, mana yg lebih membumi – red
(Irman ‘Sufi’ Firmansyah)
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa hari jadi Sukabumi diperingati setiap tanggal 1 April atas dasar keputusan pemerintah Hindia Belanda untuk merubah onderafdeling Sukabumi menjadi Gementeraad van Soekaboemi tahun 1914. Hari jadi ini sempat menjadi polemik yang berkembang di masyarakat kota Sukabumi beberapa tahun yang lalu. Pada dasarnya minimal ada tiga hal untuk menentukan hari jadi sebuah kota, yang pertama adalah titi mangsa tertua, umur sangat penting dalam ilmu sejarah dan Arkeolog karena semakin tua umurnya maka sebuah benda bersejarah lebih bernilai. Yang kedua adalah fakta sejarah, artinya hari jadi tersebut memang sesuai bukti-bukti sejarah bukan dibuat-buat, dan yang ketiga adalah falsafah, yaitu mempunyai nilai-nilai yang akan berpengaruh dan menjadi kebanggaan masyarakat kota seperti heroisme atau lokalitas. Saya coba paparkan fakta-fakta mengenai hari jadi kota Sukabumi dari ketiga faktor tadi:
1. Faktor Titi Mangsa Tertua
Timbul pertanyaan benarkah Kota Sukabumi baru lahir 102 tahun yang lalu? Faktanya Bogor lahir lebih dari 500 tahun yang lalu dan cianjur lebih dari 300 tahun yang lalu, benarkah demikian? adakah sebenarnya titi mangsa lain yang lebih tua selain 1914? Data berikut sebenarnya bisa menjadi option untuk kembali menggali dan mengkaji mengenai titi mangsa hari jadi kota Sukabumi:
* Pertama, Dalam buku Preanger karya F. De Haan, Tanggal 21 Juli 1687 Sersan Scipio bersama kepala kampung Baru Tanujiwa diminta untuk melakukan survey ke Pelabuhan Ratu melalui Gunung Guruh, tujuannya adalah untuk melihat situasi pasca penyerahan wilayah antara gunung salak dan gunung gede tahun 1677, Gunung Guruh saat itu bisa dianggap mewakili kota sukabumi karena Haan menjelaskan bahwa Gunung Guruh adalah wilayah dikaki Blauwenberg (Gunung Gede) diantara Sungai Cimandiri dan Sungai Cigunung. Saat itu wilayah Gunung Guruh, Kampung Baru (Bogor) dan Cianjur sama-sama disebut Negorij yaitu desa/kampung yang lumayan besar. Scipio adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi wilayah kota sukabumi sekarang, orang eropa kedua yang berkunjung ke Gunung Guruh adalah Abraham Van Riebeeck tahun 1709. Sementara orang Eropa yang mengunjungi wilayah kabupaten yaitu pelabuhanratu, menurut pendapat prof. Veth adalah Jan Jacobz yang berbisnis wine disana tahun 1626 sehingga disebut Wijnkoopsbaai.
* Kedua, Tahun 1776 bersamaan dengan tahun kemerdekan Amerika Serikat, dilakukan pembagian distrik di wilayah sukabumi oleh Wirataudatar VI atau Raden Enoh salah satunya adalah penetapan distrik Gunung Parang, sementara wilayah jampang dan pelabuhanratu sudah menjadi distrik cianjur sejak VOC menghadiahkan wilayah tersebut atas hasil panen kopi yang memuaskan pada 1711 dan 1715 pada masa kekuasaan Wiratanudatar III. Sejak jaman pajajaran wilayah utara Jampang serta Pelabuhanratu adalah hutan yang disebut tataran awatan pagadungan yang pernah dilewati oleh rombongan resi manikmaya saat dihadiahi wilayah Kendan (Nagreg sekarang) oleh Raja Tarumanegara Suryawarman yang menurut sejarawan melewati wilayah kota sukabumi sekarang. Di wilayah ini kemudian muncul nama Gunung Parang yang kemudian diformalkan sebagai sebuah distrik, bukti mengenai hal ini adalah keberadaan Wedana Ciheulang yang pertama yaitu Raden Raksadipraja (1739-1830) yang kuburannya masih ada di nagrak serta peta wilayah Sukabumi tahun 1778 yang menunjukkan batas-batas wilayah distrik.
* Titi mangsa ketiga adalah penamaan Sukabumi oleh Andries De Wilde dimasa pemerintahan Inggris yaitu sejak pembelian wilayah Sukabumi pada tahun 1813, Menurut Wilde dalam bukunya Preanger Regentschappen, nama sukabumi sendiri disampaikan oleh Kokolot pada akhir 1814 dalam pertemuan di rumahnya, yang kemudian disampaikan melalui surat kepada Engelhard yang merupakan tangan kanan Raffles pada tanggal 13 Januari 1815 dengan kalimat “Ik mag U. E. G. Achtbare niet onkundig laten dat ik opverzoek van de Inlandsche Hoofden den naam van Tjicolle in die van Soeka Boemi veranderd heb (Campbell: 1905) .
* Titi mangsa keempat, pemisahan afdeling Sukabumi tahun 1871 dari Cianjur yang berimbas pada perubahan status gunung parang dari distrik dibawah wilayah onderafdeling Ciheulang, afdeling Cianjur, menjadi onderafdeling mandiri terpisah dari Ciheulang dibawah afdeling Sukabumi yang terjadi pada tanggal 17 maret 1891.
Titi mangsa lain yang mungkin lebih tua lagi bisa digali kembali oleh sejarawan untuk menentukan titi mangsa yang tepat seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah Cianjur.
2. Faktor Fakta Sejarah
Benarkah 1 April 1914 adalah hari jadi pemerintahan kota Sukabumi? hari jadi tersebut didasarkan atas staatsblad nomor 310 tahun 1914 yang ditandatangani oleh Gubernur Jendral Idenburg di Cipanas tanggal 28 Maret 1914 termasuk persetujuan anggaran biayanya, namun disebutkan berlaku sejak 1 April 1914.
Fakta ini agak sedikit rancu mengingat 1 April 1914 ternyata bukan awal mula pemerintahan kota sukabumi karena Surat Kepurusan tersebut belum bisa dijalankan terkait belum disiapkan para pejabatnya, dan kekosongan berlangsung sampai 12 tahun, baru pada 1 Mei 1926 ditunjuk seorang Burgemeester pertama yaitu J Rambounet yang ditetapkan pada 31 Mei 1926.
Tanggal 27 Agustus 1926 barulah Gemeente menjadi wilayah otonom sejak disahkannya syarat tentang komposisi Dewan Rakyat Kota yaitu 7 orang Belanda, 3 Pribumi dan 1 Timur Asing. Kemudian Rambounet dilantik bulan oktober 1926
Pertanyaan kedua, Benarkah hari jadi kota harus mengacu kepada keputusan Belanda tentang terbentuknya gemeente atau terbentuknya suatu pemerintahan?
Faktanya Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya tidak mengacu kepada keputusan tersebut meskipun ada juga yang mengikutinya misalnya Kota Malang yang kebetulan hari jadinya sama karena keputusan tentang Gementee dilakukan pada waktu yang sama dengan Sukabumi. Jikalau adanya pemerintahan diharuskan menjadi syarat hari jadi sebuah kota maka kita akan menemukan fakta yang lebih membingungkan lagi, bahwasanya pemerintahan di wilayah kota sukabumi sekarang sudah terbentuk jauh sebelum 1 April 1914, diantaranya sebagai
berikut:
* Sukabumi sudah terbentuk distrik sejak tahun 1776 dengan dikepalai seorang Wedana/Cutak.
* Sejak penjualan wilayah Sukabumi tahun 1813 Sukabumi disebut sebagai Vrijeland yaitu suatu wilayah otonom yang dikuasai kepala perkebunan yang berhak mengelola secara mandiri layaknya raja kecil yang memerintah sendiri.
* Tahun 1869 VJ Veth menyebut sukabumi sebagai HoofdPlaats van het districts Goenoeng parang, atau kira-kira “Lokasi Balai Desa Gunung Parang”.
* Staatsblaad nomor 80 tertanggal 17 Maret 1891 memisahkan Sukabumi dari onderafdeling Tjiheulang (Cibadak sekarang) dan membentuk onderafdeling mandiri bernama Soeka Boemi dibawah afdeling Sukabumi.
Fakta-fakta tersebut menegaskan bahwa “pemerintahan” dalam skup lebih kecil sudah terbentuk di Sukabumi sejak lama. Kemudian muncul pertanyaan menggeliik lainnya yang menyangkut hari jadi kota, apakah penentuan hari jadi kota Sukabumi harus mengacu pada perubahan Sukabumi menjadi sebuah kota? nampaknya lebih membingungkan lagi mengingat definisi kota yang berbeda-beda, namun beberapa fakta dibawah ini mugkin akan menguatkan bahwa sukabumi udah menjadi ‘kota” sebelum gementee terbentuk, diantaranya adalah:
* Surat resmi dakwaan dan pembelaan di pengadilan sukabumi tahun 1865 sudah menyebut Sukabumi sebagai kotta, jika kota yang dimaksud adalah sama dengan istilah kuta dalam bahasa sansekerta yang mirip dengan istilah fort atau town, maka sejak saat tersebut ‘kota’ sukabumi telah ada (Steenbrink:1988).
* Tahun 1866 dalam sebuah laporan A.E Crockewitt berjudul Ze Werken in de Preanger Regentschappen saat bertemu wedana sukabumi menyebutkan bahwa sukabumi layaknya kota-kota dipriangan lainnya yang ditandai dengan pagar tembok rapi di kanan kiri jalan.
* Tahun 1893 William Basil dalam bukunya berjudul A Visit to Java dalam perjalanannya menuju perkebunan Ciwangi di Cireunghas menyebut Sukabumi sebagai Town.
* Sangat beralasan jika Sukabumi sebagai sebuah kota sudah terbentuk
sebelumnya karena secara formal pembangunan kota sudah dilakukan sejak pemisahan afdeling Sukabumi pada 1871, munculnya jabatan baru seperti asisten residen, patih, chalifah, khetib, modzin serta perangkat administrasi lainnya membutuhkan struktur dan infrastruktur untuk mengakomodirnya misalnya jalan, alun-alun, rumah asisten residen, pendopo, rumah patih, mesjid, perkantoran dan lain sebagainya.
3. Faktor Falsafah
Pertanyaan terakhir ini sedikit sentimentil karena menyangkut keterlibatan masyarakat, apakah ciri yang membanggakan masyarakat dari penentuan hari jadi 1 April 1914 tersebut?, adakah nilai-nilai heroisme atau lokalitas yang bisa meningkatkan citra masyarakat sukabumi? Fakta ini agak sedikit menyakitkan mengingat terbentuknya gemeente Sukabumi seperti juga gemeente-gemeente lainnya dilandasi atas euforia orang Eropa atas munculnya Undang-undang Desentralisasi 1903 yang mendorong warga Eropa disukabumi untuk mengajukan perubahan status pada tanggal 13 Juni 1913, hal ini disebabkan banyaknya warga Eropa yang menghuni wilayah kota sukabumi yang tidak mau diperintah oleh patih lokal, pasca Andries De Wilde orang Eropa hanya ada 4 orang dikota sukabumi, tahun 1905 sudah berubah menjadi 600 orang, bahkan sesudah disahkannya gementee naik drastis menjadi 1.261 orang pada 1921, dan naik lagi menjadi 2.259 orang pada tahun 1930 (Danaputra:2004) artinya pembentukan gemeente merangsang orang belanda untuk bermukim, Komposisi dewan kota yang terbentukpun dengan jumlah orang eropa yang banyak jelas mencerminkan penguasaan orang Eropa secara total atas bangsa lain. Fakta ini memperlihatkan bahwa tidak ada (jika adapun sangat kecil) nilai-nilai falsafah yang membanggakan masyarakat kota Sukabumi dengan penetapan 1 April tersebut karena sesungguhnya hari jadi tersebut sangat berbau kolonial.
Jadi masih relevankah 1 April menjadi hari jadi kota Sukabumi? mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi pengingat untuk mencoba merenungkan kembali relevansi 1 April sebagai hari jadi kota Sukabumi, bahkan mungkin bisa menjadi pendorong untuk mewacanakan kembali tentang perubahan hari jadi kota Sukabumi tentunya melalui proses konstitusional karena faktor lain dalam penentuan hari jadi ini adalah proses politik dimana konsensus atau kesepakatan harus terjadi diantara eksekutif dan legislatif sehingga dapat berujung keputusan politik, dan didasari hasil riset yang akurat mengenai hari jadi Sukabumi yang bisa diterima oleh masyarakat
(Disampaikan dalam diskusi di coffee analog cafe 3 April 2015 oleh Irman ‘Sufi’ Firmansyah Koordinator riset dan kesejarahan Soekaboemi Heritages)
"SUKABUMI TELAH ADA SEJAK JAMAN KERAJAAN PAJAJARAN....,SUKABUMI DAHULU BERNAMA KABUYUTAN SANGHYANG TAPAK YANG MENJADI BAGIAN DARI KERAJAAN PAJAJARAN"
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 komentar:

Posting Komentar